AbU vulkanik akibat letusan Gunung Merapi
terus beterbangan ke berbagai daerah di sekitar gunung tersebut.
Masyarakat sebaiknya mewaspadai abu ini karena bisa mengganggu kesehatan
pernapasan, mata, dan kulit.
Setelah meletus pada Selasa (26/10) lalu, letusan susulan Gunung
Merapi terus terjadi. Sabtu (30/10) malam, lagi-lagi gunung teraktif di
dunia ini mengeluarkan awan panasnya. Disusul letusan berikutnya pada
Senin (1/11). Tak hanya korban harta dan nyawa, meletusnya Gunung Merapi
juga membawa dampak negatif bagi kesehatan.
Abu vulkanik dari Gunung Merapi yang terbawa angin ke berbagai arah
hingga banyak membahayakan warga sekitar, terutama pada kesehatan. Abu
vulkanik sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik
adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat
terjadi letusan.
Dikatakan oleh ahli kesehatan paru dari Rumah Sakit Omni Alam Sutera
Tangerang, Dr Thahri Iskandar SpP, pada prinsipnya sewaktu letusan
gunung itu terjadi, berbagai macam batu-batuan dikeluarkan. “Kandungan
yang terdapat dalam abu vulkanik sangat variatif,” kata dokter lulusan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini.
Thahri mengatakan, apabila dibagibagi, maka kandungan dalam abu
vulkanik tersebut terdiri atas pasir dan batu-batuan, produk letusan
seperti belerang, juga awan panas yang banyak disebut dengan wedhus
gembel. “Semuanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan, khususnya
paru-paru,” ungkapnya.
Masih dijelaskan Thahri, saat menyerang pernapasan, dampak yang
terjadi pun bisa beragam. Misalnya saja saat menyerang kepada orang yang
sebelumnya sehat, maka bergantung seberapa besar debu itu menyerang
seseorang. “Posisi juga menentukan seberapa besar abu tersebut masuk ke
dalam pernapasan kita,” ungkapnya.
Nah, jika posisi seseorang dekat dengan abu vulkanik yang kemudian
masuk ke dalam pernapasan cukup banyak, maka bisa membuat saluran
pernapasan membengkak karena efek dari panasnya udara. Yang terjadi,
bisa saja sesak napas, bahkan sampai mengancam jiwa.
Apabila awan tersebut naik ke angkasa yang kemudian membentuk awan
panas, maka bisa sebabkan hujan asam yang juga membahayakan kesehatan
maupun lingkungan. Kandungan racun dalam awan panas tadi dapat
menurunkan kesuburan tanah dan kematian bagi hewan. “Namun, jika
seseorang berada dalam posisi yang jauh, otomatis dampak pada kesehatan
pun akan berkurang atau gejalanya lebih ringan,” sebutnya.
Berbeda halnya dengan seseorang yang sudah bermasalah pada paru-paru,
seperti pada penderita asma misalnya. Umumnya pada seseorang yang
memiliki riwayat asma, maka asmanya akan kumat. “Abu vulkanik merupakan
salah satu pencetus terjadinya serangan asma,” paparnya.
Kita semua tahu bahwa asma adalah penyakit yang sifatnya terjadi
terusmenerus yang biasanya terjadi apabila terdapat pencetusnya. Dalam
hal ini, abu gunung menjadi salah satu pencetus asma yang kuat sehingga
yang terjadi pada penderita asma biasanya adalah bengek yang bisa muncul
kapan saja saat terpapar abu vulkanik.
Selain asma, abu vulkanik juga sangat berbahaya bagi seseorang yang
sudah menderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau penyakit
yang disebabkan gas atau asap yang beracun dan berbahaya.
Di Indonesia yang disebut sebagai gas atau asap berbahaya yang paling
banyak adalah asap rokok, bahkan penyakit ini disebut sebagai penyakit
asap rokok karena dominasi yang terlalu besar oleh asap rokok yang
menyebabkan penyakit ini muncul. Semakin banyak terpapar asap rokok,
semakin tinggi risiko.
“Orang normal saja jika terpapar cukup kuat sangat terpengaruh pada
kesehatannya. Apalagi orang yang sebelumnya dengan riwayat penyakit
pernapasan,” ujar Thahir.
Khusus untuk anak-anak yang terpapar abu vulkanik, mereka akan lebih
sensitif dibandingkan dengan orang dewasa karena pernapasan pada
anak-anak sedang dalam pertumbuhan. Misalnya saja jika anak jajan
terlalu manis, mereka akan lebih cepat batuk karena terlalu sensitif
pada makanan yang dikonsumsinya. Untuk orang yang sudah punya penyakit
paru sebelumnya, begitu ada keluhan, segera hubungi ahli paru
secepatnya.
Dikatakan oleh spesialis paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Dr Agus
Dwi Susanto SpP, abu vulkanik sangat mengganggu kesehatan manusia
terkait dengan berbagai hal, terutama paru, mata, dan kulit.
“Secara umum, efek abu vulkanik pada paru akan menyebabkan iritasi
karena bersifat asam,” ujar staf pengajar dari Divisi Paru Kerja dan
Lingkungan Departemen Pulmonologi dan ilmu kedokteran Respirasi
FKUI/RSCM.
Dijelaskan olehnya, iritasi yang terjadi adalah dari saluran
pernapasan atas hingga bawah, seperti batuk-batuk atau bersin. Namun
jika fasenya lebih lanjut, maka bisa menyebabkan sakit tenggorokan,
timbunan dahak, sesak napas, juga kekambuhan pada penyakit paru apabila
seseorang sebelumnya telah memiliki riwayat penyakit pernapasan.
“Penyakit tersebut bisa terjadi, jika kejadiannya terus-menerus dan
bertahun-tahun,” tegasnya.
Masih dijelaskan Agus, akibat lanjutan dari iritasi saluran napas
yang terjadi adalah meningkatnya risiko terjadinya infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA). Sementara untuk efek jangka panjang, bisa
terjadi penumpukan debu di paru atau silica yang berisiko terjadinya
silikosis.
Dampak kesehatan yang terjadi di luar kesehatan pernapasan atau paru,
di antaranya iritasi pada mata, seperti mata berair hingga kebutaan.
Kulit pun menjadi bagian yang terkena dampak akan bahaya vulkanik, di
antaranya iritasi berupa gatal-gatal, bisa membuat erosi, bahkan kulit
bisa terbakar karena abu vulkanik. “Hindari paparan debu vulkanik dan
pergi jauh dari sumber abu vulkanik,” pesannya.
Agus berpesan agar masyarakat sekitar yang terpapar abu vulkanik
untuk terus memproteksi diri dari bahaya, seperti menggunakan masker
yang aman. Pilih masker respirator yang bisa menyaring partikel-partikel
kecil agar debu tidak bisa masuk dari samping. “Masker biasa tipis
sehingga tidak bisa memproteksi 100 persen. Walaupun begitu, masker
tetap direkomendasikan sebagai alat pelindung diri,” ujar dokter lulusan
FK UI ini.
Efek Negatif Abu Letusan Gunung Bagi Kesehatan
Label: artikel, tips trik ngeblog
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar